Jambi, 6 Juni 2025 – jambiaktual.co.id Danau Sipin, yang seharusnya menjadi salah satu wajah cantik Kota Jambi saat libur Lebaran, kembali tercoreng oleh pemandangan memprihatinkan: permukaan danau dipenuhi oleh tumpukan sampah yang terbawa dari aliran Sungai Kambang pasca hujan deras malam takbiran. Fenomena ini bukan kali pertama terjadi, namun sayangnya tetap tak mendapat penanganan yang tuntas dari pemerintah kota.
Setiap kali musim hujan tiba, Danau Sipin berubah menjadi tempat pembuangan sampah terbuka. Sampah dari kawasan padat seperti Jamtos hingga Pulau Kembang terbawa arus, memenuhi danau dan menciptakan pemandangan yang mencederai semangat wisata dan kebersihan lingkungan.
Pintu air yang dibangun di aliran Sungai Kambang dengan anggaran besar pun terbukti gagal menjalankan fungsinya. Alih-alih menyaring atau menahan sampah, pintu air tersebut justru membiarkannya lolos begitu saja. Tidak ada sistem filtrasi yang berjalan, dan tidak ada pengawasan yang berarti. Infrastruktur yang seharusnya menjadi solusi malah menjadi bukti nyata kelalaian tata kelola kota.
Tokoh masyarakat Kelurahan Legok, Jhon Herman, turut angkat bicara. Ia menyayangkan kondisi ini yang terus berulang tanpa tindakan nyata dari pihak berwenang.
“Sudah bertahun-tahun kami menyuarakan masalah ini. Pintu air itu hanya jadi pajangan, tidak ada fungsi. Pemerintah datang saat danau sudah penuh sampah, membersihkan sekadar formalitas, lalu pergi. Sampai kapan Danau Sipin dijadikan tempat buang sampah tahunan seperti ini?” ujarnya geram.
Menurut Jhon Herman, masyarakat setempat sebenarnya telah berupaya menjaga lingkungan danau, termasuk para nelayan yang terpaksa menjala ikan di antara tumpukan plastik dan limbah rumah tangga.
“Nelayan di sini makin susah. Ikan makin sedikit, yang dapat malah sampah. Danau ini dangkal karena penuh sedimentasi dari sampah. Kalau tak segera dibenahi, Danau Sipin akan mati perlahan,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyinggung perlunya ketegasan dari Dinas PU Kota Jambi sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan pintu air. Ia mendesak agar ada audit dan evaluasi menyeluruh terhadap proyek pintu air yang jelas tidak berdampak signifikan.
Fenomena ini bukan sekadar isu kebersihan, tetapi juga soal kegagalan tata kelola lingkungan. Pemerintah kota seolah tak memiliki visi jangka panjang untuk merawat aset alam yang berharga. Padahal, Danau Sipin menyimpan potensi wisata air, olahraga dayung, hingga kuliner lokal yang dapat mendongkrak ekonomi warga.
Sayangnya, potensi itu tertutup oleh tumpukan sampah dan air yang menghitam. Tidak ada ketegasan hukum bagi pembuang sampah sembarangan. Tidak ada sistem edukasi yang masif. Dan tidak ada inovasi dalam pengelolaan air dan lingkungan di kawasan vital ini.
Warga berharap agar Pemerintah Kota Jambi tidak lagi menutup mata. Harus ada perbaikan sistem, penegakan hukum lingkungan, dan pelibatan aktif masyarakat. Jika tidak, Danau Sipin akan terus jadi simbol kegagalan, bukan kebanggaan.